TUGAS REVIEW PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi Pendidikan
Psikologi
yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris
psycology. kata psycology merupakan dua akar kata yang bersumber dari kata
greek (yunani), yaitu satu) psyche yang berarti jiwa; dua) logos yang berarti
ilmu. jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Psikologi
lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. alam hubungan ini,
psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami
perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami
bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan
Bruno
(1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya
saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi
(pendidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai “kehidupan mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
“tingkah laku” organisme.
Chaplin
(1972) dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap
organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan
perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah
lingkungan.
Objek Kajian Psikologi dan Psikologi Pendidikan
1. Objek
Kajian Psikologi
Objek
Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek
Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu
unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek
material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (nilai-nilai,
ide-ide). Objeknya yaitu manusia.
2. Objek formal adalah cara memandang, cara
meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta
prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda
ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan
lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut
bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi,
menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang
bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.
2. Objek Kajian Psikologi Pendidikan
Objek
kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak
pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus
diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi
pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih
condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat
dalam proses pembelajaran.
Menurut
Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik
tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan,
perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku
peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran,
kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relevan.
Psikologi
pendidikan berusaha
untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap
faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal
yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi
pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang
yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Secara
garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi
tiga macam:
- Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
- Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;
- Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Bakat dan Intelegensi
Pengertian Intelegensi Menurut
David Wechsler , intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Bukan kemapuan yang seragam, lebih merupakan komponen dari berbagai fungsi, yang mencakup gabungan kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam suatu kebudayaan. Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungannya secara terarah(Anastasi, 1997).
Bukan kemapuan yang seragam, lebih merupakan komponen dari berbagai fungsi, yang mencakup gabungan kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam suatu kebudayaan. Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungannya secara terarah(Anastasi, 1997).
Meskipun
demikian, dari sekian definisi tentang intelegensi yang dirumuskan oleh para
ahli, secara umum dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi
berikut :
1. Kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru atau menghadapi
situasi-situasi yang sangat beragam.
2. Kemampuan untuk belajar atau
kapasitas untuk menerima pendidikan.
3. Kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas
simbol-simbol dan konsep-konsep (Phares, 1988).
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi
1) Pengaruh
faktor bawaan
Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau
bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ),
orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang
diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2) Pengaruh
faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara
pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan
bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain
guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai
keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3) Stabilitas
intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ.
Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ
hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur
sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan
organik otak.[[4]]
4) Pengaruh
faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat
dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya.
5) Pengaruh
faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan
di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
6) Minat
dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri
manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar.
7) Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia
itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas
bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang
individu, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut,
karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta
menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
Adapun
tahapan perkembangan Intelegensi pada anak adalah sebagai berikut:
a) Tahap
sensori-motor (0-2 tahun)
sebagaimana
dikemukakan oleh I.P. Pavlov yang
menjadi pendahulu refleksologi, satu refleks bisa berpindah dan dikembangkan
dengan reflek-reflek lain melalui kondisi-kondisi yang dibuat dari luar
(lingkungan) sebagai inti dasar rangkaian gerak atau perbuatan yang sederhana,
terutama pada gerak motorik.
b) Tahap
berpikir praoperasional (2-7 tahun)
kemampuan
mempergunakan simbol. Fungsi simbolik, yakni kemampuan untuk mewakilkan sesuatu
yang tidak ada, tidak terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatu
hal mewakili sesuatu yang tidak ada. Fungsi simbolik ini bisa nyata atau
abstrak. Misalnya pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata,
mewakili pisau yang sesungguhnya.
c) Tahap
berpikir operasional konkret (7-11 tahun)
Pada
masa ini anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam tugas.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa operasional
konkret ini bisa melakukan tugas-tugas konservasi dengan baik.
d) Tahap
berpikir operasional formal (11-15 tahun)
Pada
tahap ini, seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir
abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan
atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang akan terjadi.
Definisi Bakat
Bakat mengacu
pada kemampuan khusus ( berg,
2000 ) sepeti menyelesaikan perhitungan aritmatika, atau mengingat fakta dari
informasi yang telah dibaca.
Bakat menurut Chaplin, kemampuan potensial yang dimiliki oleh
seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan dating.
Bakat berasal
dari hasil interaksi antara karakteristik individu dengan kesempatan belajar di
lingkungan ( Cohen dan Swedlik,
2002 ) . Bakat ini merepresentasikan informasi dan ketrampilan yang bertahap
telah didapatkan.
Menurut Bingham, kondisi atau sifat-sifat yang dianggap
sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat
respon seperti kemampuan berbahasa, musik, dan sebagainya.
Jadi dari definisi di atas, bakat dapat
dipahami sebagai kamampuan khusus atau suatu pertanda kemampuan yang sangat
menonjol atau lebih mencolok yang terdapat pada diri seseorang, yang secara
cepat dapat menyelesaikan, merespon dan menerima latihan-latihan, tugas-tugas,
atau hal-hal tertentu. Bila seseorang mengetahui keunggulannya dalam suatu
bidang, maka ia akan terasa lebih mudah dalam memasuki peluangnya artinya;
dalam mempelajari dan mengembangkan bakatnya. Dengan kemampuan bakat, tentu
seseorang akan mempunyai peluang besar untuk meraih keberhasilan pada masa
mendatang.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
a) Faktor internal yakni dari individu sendiri. Misalnya
anak itu tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia
miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau
mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami
hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai bakatnya.
b) Faktor eksternal yaitu lingkungan anak. Contoh,
orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan
yang ia butuhkan atau orang tua mampu tetapi perhatian terhadap pendidikan dan
bakat anak, bahkan ada orang tua yang benar-benar tidak mau mendukung bakat
anak.